Kamis, 23 Mei 2013

Nunukan Kembangkan Energi Surya di Perbatasan

Nunukan (ANTARA Kaltim) - Krisis listrik di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia yang selama ini belum teratasi, memaksa pemerintah kabupaten Nunukan Kalimantan Utara untuk mengembangkan energi tenaga surya serta tenaga mikro hidro melalui program "perbatasan terang benderang", demikian laporan dengan mengutip pernyataan pejabat PLN setempat, Senin.

Harapan masyarakat perbatasan untuk bisa menikmati listrik, layak menjadi pertimbangan. Sebagaimana kelayakan hidup masyarakat lainnya, maka masyarakat di wilayah perbatasan pun tentunya berhak untuk demikian.

Terkait dengan upaya menumbuhkan kehidupan layak bagi masyarakat di wilayah itu, maka diharapkan melalui program "Perbatasan Terang Benderang" tersebut benar-benar mampu menjawab segala persoalan kelistrikan di Kabupaten Nunukan yang kondisi geografisnya terdiri dari berbagai pulau dan masyarakatnya hidup berkelompok.

Upaya pemerintah daerah setempat untuk membenahi sektor kelistrikan itu, sebelumnya Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Nunukan, Yosua Batara Payangan, menyatakan telah dilakukan berbagai langkah dengan menganggarkan pengadaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di wilayah Pulau Sebatik dan daerah lainnya yang tidak bisa dibangunkan jaringan listrik.

Selain itu, pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan hidro mikro, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di Kecamatan Sembakung dan Lumbis ditambah lagi pembangunan PLTD di Desa Pembeliangan Kecamatan Sebuku baru-baru ini.

Ia menyadari, upaya pemerintah daerah itu masih jauh dari harapan masyarakat berhubung belum dapat merealisasikan keinginannya secara keseluruhan. Tetapi dengan adanya program "Perbatasan Terang Benderang" ini dapat menjadi solusi mengatasi krisis listrik di wilayah itu secara bertahap.

Sebagaimana yang disampaikan General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur, I Nyoman S pada saat peresmian pemakaian PLTD Desa Pemeliangan bahwa pihaknya akan terus berupaya menerangi seluruh wilayah nusantara. Dan diperkirakan 2020, sekitar 90 persen wilayah Indonesia telah dapat teraliri listrik.

Menurutnya, listrik memang sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat saat ini termasuk di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.

I Nyoman S menyatakan, dengan dibangunnya pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Sebaung dengan kekuatan daya 2X5 megawatt dapat menjadi solusi awal mengatasi listrik di Kabupaten Nunukan. Pembangkit ini akan mengaliri dua pulau yakni Pulau Nunukan dan Sebatik menggunakan kabel bawah laut.

PLTG yang saat ini dalam proses pembangunan jaringan saluran udaranya dan diperkirakan Juni 2013 telah berfungsi, maka PLTS yang ada di Pulau Sebatik dengan kekuatan daya 340 kilowatt yang dapat mengaliri 800-1.000 rumah pelanggan dapat dipindahkan ke Kecamatan Sebuku yang belum mendapatkan pelayanan listrik, kata GM PT PLN (Persero) Wilayah Kaltim dan Kalimantan Utara.

"Sejumlah upaya yang telah dilakukan Pemkab Nunukan dalam hal pengadaan listrik di wilayahnya patut diacungi jempol. Karena yang saya ketahui, pemda Nunukan sangat intens membenahi sektor ini," ucap I Nyoman S di Sebuku.

Sehubungan dengan itu, dia menyatakan telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 pada pasal 4 yang menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban menyediakan dana untuk sarana listrik bagi masyarakat yang tidak mampu dan pedesaan, daerah terpencil serta wilayah perbatasan.

Ia berjanji melalui aturan ini, PT PLN siap bekerjasama dalam hal pengoperasian dan pelayanan listrik bagi masyarakat di Kabupaten Nunukan agar program 2020 itu dapat pula terealisasikan.

I Nyoman S menjelaskan bahwa sampai saat ini wilayah Provinsi Kaltim dan Kaltara yang telah teraliri listrik sekitar 72 persen atau jauh lebih baik dibandingkan dengan Provinsi Banten dan Nusa Tenggara Timur yang baru sekitar 67 persen dan 60 persen.

Jadi, pelayanan listrik bagi masyarakat Provinsi Kaltim dan Kaltara termasuk masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan jauh lebih baik.

Sementara itu, Bupati Nunukan, Drs Basri mengungkapkan Pemkab Nunukan selalu berupaya melayani masyarakatnya dengan ketersediaan listrik melalui program "Perbatasan Terang Benderang" yakni senantiasa menyisipkan anggaran pada anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) setiap tahunnya.

Menurut Basri, apabila listrik tidak ada maka segala keperluan masyarakat di wilayah perbatasan ini akan terhambat termasuk investasi akan sulit masuk menanamkan modalnya.

Oleh karena itu, dia sangat mengharapkan kerjasama PT PLN (Persero) Wilayah Kaltim dan Kalimantan Utara senantiasa bahu membahu mengatasi krisis listrik di wilayah perbatasan ini.


Terintegrasi

Kepala Bidang Ketenagalistrikan Distamben dan SDM Kabupaten Nunukan, Yosua Batara Payangan menyatakan, dalam waktu dekat ini Pemkab Nunukan telah memprogramkan pula pembangunan PLTD yang merupakan pembangkit integrasi pada tiga kecamatan sekaligus yakni Kecamatan Sembakung, Tulin Onsoi dan direncanakan pembangkitnya berada di Kecamatan Sebuku.

PLTD yang akan dibangun tersebut berkekuatan daya sebesar 3 megawatt, pembangunan jaringannya dimulai dari Desa Atap Kecamatan Sembakung hingga Desa Pembeliangan Kecamatan Sebuku dengan panjang sekitar 27,5 kilometer.

Pembangunan pembangkit ini, kata Yosua untuk mengatasi krisis listrik di wilayah tersebut dan hal ini telah dikoordinasikan dengan PT PLN (Persero) Wilayah Kaltim dan Kalimantan Utara menyangkut segala perencanaannya.

"Pembangkit listrik itu nantinya akan dibangun di Sebuku karena kecamatan ini berada di tengah-tengah dari ketiga kecamatan yang dialiri tersebut," sebut Yosua seraya menambahkan juga akan mengaliri Desa Sekikilan, SP1, SP2 dan SP3.

Pembangkit ini akan dikerjasamakan yaitu PT PLN yang menanggung pembangunan jaringan dari Desa Atap menuju Kecamatan Sebuku sepanjang 27,5 kilometer tadi dan Pemkab Nunukan yang membangun jaringan dari Desa pembeliangan Kecamatan Sebuku menuju Desa Atap sepanjang lima kilometer.
Sumber: antarakaltim.com - 20 Mei 2013

Kamis, 16 Mei 2013

Mendag: kawasan perbatasan harus memiliki infrastruktur memadai

Pontianak (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan untuk membatasi masuknya produk asing ke wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia maka diperlukan pembangunan infrastruktur yang memadai.

"Mengenai barang masuk dari perbatasan, betul kita sudah dapat laporan itu, maka harus diperkuat dengan pembangunan infrastruktur misalnya jalan dan keamanan," kata Gita Wirjawan kepada wartawan di Pontianak, Jumat.

Ia mengatakan, pembangunan infrastruktur seperti jalan menjadi hal yang penting untuk mengatasi semakin banyaknya produk asing masuk ke Indonesia. Namun selain itu, menurut dia, pihaknya selalu menyemangatkan supaya "demand" di perbatasan diisi barang-barang produk dalam negeri.

"Jika beli di perbatasan barang selalu murah, maka akan sulit bagi pengusaha (Indonesia) untuk masuk," katanya.

Ia mengatakan masyarakat perlu selalu diingatkan bahwa membeli barang selundupan itu tidak baik. Begitu pun jika membeli barang bukan selundupan tetapi melanggar ketentuan keselamatan, keamanan, dan kesehatan lingkungan (K3L) juga tidak baik.

Sementara saat pembukaan Pameran pangan nusa dan pameran produk dalam negeri regional 2013 di lapangan parkir Mega Mall Ayani Pontianak, Gita Wirjawan mengatakan masyarakat Indonesia harus memiliki kebanggaan terhadap produk dalam negeri dengan cara mencintai, membeli dan menggunakan produk lokal dibandingkan produk asing lain yang sejenis.

Gita mengatakan, masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa mengonsumsi produk lokal adalah satu kunci pertumbuhan ekonomi yang akan membawa kesejahteraan rakyat Indonesia.

"Bila konsumen Indonesia lebih senang membeli barang impor, yang akan memetik manfaat terbesar adalah produsen di luar negeri," katanya di depan Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya dan tamu serta undangan peresmian pameran.

Pameran pangan nusa dna pameran produk dalam negeri regional 2013 diadakan sebagai upaya menumbuhkan industri dalam negeri melalui fasilitasi akses pasar, mempromosikan produk usaha kecil menengah (UKM) unggulan meningkatkan jejaring pemasaran antarpeserta serta kegiatan misi dagang lokal.

Pelaksanaan pameran, menurut Mendag, menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap pelaku UKM dalam negeri.

Pameran tersebut diadakan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan dengan menggelar beberapa produk potensial seperti olahan lidah buaya, abon patin, aneka keripik ubi, dan bermacam pangan olahan serta produk kerajinan lainnya.

Selain itu, juga ada produk olahan mocaf, sagu, jejali, biji durian labu kuning, pisang ubi jalar dan keribang yang ditampilkan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, di samping komoditas unggulan berupa kopi dari hulu hingga hilir yang didukung Asosiasi Kopi Spesial Indonesia.

Pameran diikuti delapan provinsi, meliputi Jambi, DI Yogyakarta, Papua, Sumatera Selatan, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Kepulauan Riau serta Kalimantan Barat. Total peserta mencapai 100 peserta yakni 50 peserta pameran nusa pangan dan 50 peserta pameran produk dalam negeri regional.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Srie Agustina mengatakan peserta pameran terdiri atas usaha kecil menengah dan pelaku UKM binaan Kementerian Perdagangan. Kedua pameran dikolaborasikan dan bersifat nasional sehingga promosi produk dalam negeri dapat dilakukan secara maksimal dan dikemas secara apik serta menarik.

Dalam rangkaian kegiatan yang melengkapi kegiatan promosi produk dalam negeri ini terdiri dari lomba masak makanan minuman khas daerah yang diikuti tim penggerak PKK provinsi Kalbar dengan jumlah peserta 20 tim.

Penganugerahan UKM Pangan Award yang diselenggarakan bersamaan acara puncak atau final lomba masak makanan minuman khas daerah pada Oktober 2013 di Jakarta.

Pameran yang sama, menurut Dirjen juga dilaksanakan di beberapa kota besar di Indonesia yakni Palembang pada 14-17 Juni, Cirebon pada 28 Juni-2 Juli, dan Mataram pada 29 Agustus - 1 September.
Sumber: antaranews.com - Jumat, 10 Mei 013
 

Senin, 13 Mei 2013

650 Pasukan Yonif 407 Padma Kodam IV Diponegoro Kembali

Sebanyak 650 anggota Yonif 141 AYJP mengikuti upacara pelepasan pasukan ke Kaltim di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Selasa (7/5/2013).Upacara pelepasan dipimpin langsung Pangdam II Sriwijaya Mayjen TNI Nugroho Widyotomo. Pasukan ini diberangkatkan dengan KRI Teluk Ratai 509. (TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO)
NUNUKAN- Sebanyak 650 prajurit Yonif 407 Padma Kusuma Kodam IV Diponegoro Jawa Tengah, akan mengakhiri tugas sebagai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Republik Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur, setelah bertugas sejak pertengahan Oktober 2012.

"Pada 16 pagi sudah datang Satgas 141 dari Palembang. Terus kalau tanggal 16 sampai, penarikan pasukan sekitar sepekan, berarti sekitar 21 Mei nanti mungkin sudah bergeser," ujar Komandan Satgas Pamtas Yonif 407 Padma Kusuma, Mayor Inf Ari Aryanto, Minggu (12/5/2013).

Aryanto mengatakan, prajurit Yonif 407 Padma Kusuma akan kembali ke homebase di Tegal, Jawa Tengah.

"Ini kan tugas operasi. Kita akan kembali ke homebase. Di sana kita latihan lagi. Nanti tugas di mana lagi tergantung pada pimpinan," ujarnya.

Menjelang berakhirnya tugas Yonif 407 Padma Kusuma di perbatasan RI-Malaysia, Minggu (12/5/2013) diadakan dzikir dan doa bersama di Lapangan Mako Satgas Pamtas, Jalan Fatahillah, Kecamatan Nunukan. Acara yang digelar bekerjasama dengan Majelis Dzikir Al-Inabah Kabupaten Nunukan ini, sekaligus wadah silahturahmi dengan masyarakat Nunukan di akhir masa tugas sebagai Satgas Pamtas RI-Malaysia.

Selain prajurit dan warga Nunukan, acara itu juga dihadiri para pejabat dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kabupaten Nunukan, para wanita dari Majelis Taklim dan masyarakat sekitar.

Para peserta doa dan dzikir begitu khusyuk membacakan ayat suci Al Quran. Mereka terbagi pada empat tenda masing-masing, dua tenda diisi para wanita, satu tendanya diisi ratusan prajurit Satgas Pamtas 407 Padma Kusuma yang berbaur bersama masyarakat. Sementara tenda utama diisi Aryanto, penggiat Majelis Dzikir Al-Inabah Kabupaten Nunukan dan pimpinan SKPD di lingkungan Pemda Nunukan. Doa dan dzikir juga diisi ceramah Ustad Romli Ismail.

Menurut Aryanto, kegiatan seperti ini sebenarnya rutin digelar Majelis Dzikir Al-Inabah setiap dua pekan sekali. Saat itu, prajurit Yonif 407 Padma Kusuma berbaur bersama masyarakat mengikuti acara itu.

Rencananya, kegiatan serupa kembali digelar pada 19 Mei 2013. Kegiatan tersebut akan melibatkan prajurit dari satgas pamtas yang baru.

"Biar mereka sama-sama berkenalan dengan masyarakat. Biar dilanjutkan kegiatan ini," ujarnya.
Sumber: tribunnews.com - Minggu, 12 Mei 2013
 

Tanah Surga Katanya

Nunukan


Lihat Kabupaten Nunukan di peta yang lebih besar