JAKARTA-Direktorat Jendral Bina Marga mengungkapkan untuk membangun
jalan sepanjang perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan
dibutuhkan dana sebesar Rp7,8 triliun. Jumlah anggaran itu digunakan
untuk membanguin jalan sepanjang 1.755 kilometer.
Dirjen Bina Marga, Djoko Murjanto mengjelaskan sedikitnya ada tiga
hambatan untuk mewujudkan pembangunan jalan sekitar perbataan, yakni
minimnya anggaran, masalah lahan yang terbentur hutan lindung dan
kurangnya penduduk yang berdomisili di sekitar jalan perbatasan.
“Untuk tahun depan saja kita hanya mengalokasikan Rp 230 miliar untuk pembangunan jalan,” ujar Djoko Murjanto (12/11).
Untuk daerah kalimantan, membangun jalan nasional bukanlah hal yang
mudah. Pertama dijelaskan Djoko masih banyaknya hutan lindung di seputar
perbatasan membuat pengerjaan menjadi tersendat.
Djoko menjelaskan lahan hutan lindung itu harus meminta izin kepada Kementerian Kehutanan terlebih dahulu.
“Jadi kita mengerjakannya parsial tergantung dimana izin dari kemenhut keluar,” paparnya.
Selama ini dari Tamajuk sampai Sei Ular jalannya masih terputus-putus.
Djoko mengatakan pada akhirnya pihaknya menginginkan seluruh perbatasan
kalimantan tersambung namun untuk menargetkan kapan jalan ini akan
tersambung semuanya Djoko mengaku belum berani menargetkan.
Selain itu Djoko juga mengungkapkan tidak adanya penduduk yang tinggal
ditempat jalan akan dibuat juga menjadi kendala karena jika jalan
tersebut tidak digunakan maka akan rusak dan tidak terawat.
Selain wilayah perbatasan Kalimantan, Djoko mengungkapkan ruas jalan
yang akan digarap juga ialah di wilayah Papua. Untuk perbatasan di Papua
pemerintah menyediakan anggaran Rp6 triliun plus ditambah SAL.
Sementara untuk tahun 2013 kemungkinan akan berada di bawah Rp6 triliun.
"Pegunungan tengah itu udah kita buat. Rotali juga udah kita bangun.
Sekarang itu gimana menghubungkan yang di bukit itu dengan yang kiri
kanannya. Misalnya dari Wamena, Abema, Yuguru ke bawah. Lalu dari
Merauke menuju Waropko" papar Djoko Murjanto
Tantangan pembangunan jalan di Papua, menurut Djoko Murjanto ialah para
pekerja harus bekerja di ketinggian diatas 3000 meter. Pengerjaan di
wiliayah tinggi seperti itu, jelas Djoko, membutuhkan peralatan khusus.
Hal lain yang juga menjadi penghambat ialah harga bahan baku seperti
semen yang mahal. Namun Bina Marga tetap berusaha dengan memilih proyek
yang lelangnya paling murah dan berani.
Sebelumnya Direktur Bina Pelaksana Wilayah II, Winarno menjelaskan
perhatian khusus akan diberikan kepada daerah perbatasan karena daerah
perbatasan menjadi seperti baranda rumah.
"Pemerintah berusaha agar jalan-jalan di perbatasan stabil, sepanjang
tahun dirawat walaupun jalannya masih agregat. Jalan-jalan di perbatasan
baik di Kalimantan, Papua, NTT akan mendapat perhatian. Ada sekitar Rp5
triliun dan akan ada tambahan khusus lagi, kemungkinan di atas Rp5
triliun" ujar Winarno.
Alternatif varian jalan agregat dipilih karena jalan-jalan di perbatasan tidak banyak digunakan karena sepi penduduknya.
"Cukup jalan agregat saja dulu tetapi akan didukung dengn unit-unit
pemeliharaan karena kalau dibuat bagus tetapi hanya sedikit saja yang
lewat tentu tidak efektif. Kita optimalkan diperawatan" ujar Winarno.
(faa)
Sumber: Bisnis.com - Selasa, 13 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar